Rabu, 14 Desember 2011

Laporan Dasgen Persilangan Jagung

ACARA V
PERSILANGAN JAGUNG

Abstraksi
Praktikum Dasar Dasar Genetika Acara V ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika dan mempelajari hasil persilangan tersebut. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kantung (tassel bag method), dimana pada metode ini, baik bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Bedanya dengan metode lain, metode ini adalah serbuk sari/pollen dari bunga jantan langsung ditaburkan di atas permukaan rambut jagung yang sudah dipangkas, dan dilakukan 2-3 kali (menggunakan polleh dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putih telah terserbuki. Dari hasil persilangan selfing (merah vs merah dan putih vs putih) dan crossing (merah vs putih dan ptih vs merah), didapatkan hasil selfing merah vs merah warna biji 100% merah dengan jumlah 314 biji. Selfing putih vs putih, biji berwarna putih 91,40% dengan jumlah 287 biji dan kuning 8,60% dengan jumlah 27 biji. Persilangan secara crossing merah vs putih, 100% biji berwarna merah sebanyak 227 biji. Crossing putih vs merah, 100% berwarna merah sebanyak 241 biji.



















I.                   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan karbohidrat yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk sulit dipenuhi dengan hanya mengandalkan produksi padi, mengingat terbatasnya sumber daya terutama lahan dan irigasi. Jagung merupakan bahan pangan karbohidrat yang dapat membantu pencapaian dan pelestarian swasembada pangan. Disamping itu, jagung juga merupakan bahan pakan, bahan ekspor nonmigas dan bahan baku.
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

B.       Tujuan
Melatih mahasiswa untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika dan mempelajari hasil tersebut.








II.                TINJAUAN PUSTAKA

Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Terdapat dua macam hibridisasi, yaitu hibridisasi intraspesifik dan interspesifik. Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman (Alfikri, 2011).
Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jajgung antara lain sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optiamal. Keberadaan angin juga sangat penting didalam membantu penyerbukan. Temperature untuk jagung berkisar antara 23-27 0C (Allard, 1992).
Tujuan utama melakukan persilangan adalah (1) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru; (2) Memperluas keragaman genetik; (3). Memanfaatkan vigor hibrida; atau (4) Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman.
Menurut Rukamana (1997) kedudukan jagung (Zea mays) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poacea (Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanamn jagung merupakan tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuhnya (morfologi) terdiri dari akar, batang, daun bunga dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri dari akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran serabut yang berfungsi sebagai alat untuk menghisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah, berupa mineral-mineral senyawa kimia yang mengeluarkan zat organic dari tanah dan alat pernafasan. Batang jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung tidak bercabang. Panjang bantangh jagung berkisar antara 60-300 cm (Rukmana, 1997).
Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Menurut. Adanya gen opaque-2, dapat meningkatkan kandungan protein, tetapi dilain pihak menyebabkan biji jagung lunak, dan rapuh. Ahli pemuliaan mulai mengembangkan tanaman jagung yang memiliki kadar protein yang tinggi dengan cara menginduksi gen opaque-2 kedalam suatu varietas, tetapi cara tersebut memunculkan sifat yang tidak diinginkan seperti rendahnya produksi dan sifat kerapuhan biji (Wijaya et al., 2007).
Perbaikan Sifat genetik dan agronomik tanaman dapat dilakukan melalui pemuliaan. Secara konvensional, perbaikan sifat dilakukan dengan persilangan antarspesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan. Persilangan dapat diterapkan pada tanaman berbunga, berbuah, berbiji dan berkembang untuk melanjutkan keturunannya. Untuk tanaman yang tidak dapat diperbaki melalui persilangan, perbaikan sifat diupayakan dengan cara lain, di antaranya mutasi induksi yang disebut pula mutasi buatan atau imbas. Perubahan sifat karena pengaruh alam disebut mutasi spontan (Broertjes and Van Harten, 1988).












III.             METODOLOGI
Praktikum dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai November 2011 di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pada praktikum ini bahan dan alat yang dibutuhkan antara lain populasi tanaman jagung yang berwarna putih; populasi tanaman jagung berwarna merah; dan perlengkapan polinasi/pollination (kantong kertas, gunting, label, paper clip, kuas, dll). Persilangan yang dilakukan :
a. ♀ putih x ♂ putih
b. ♀ merah x ♂ merah
c. ♀ putih x ♂ merah
d. ♀ merah x ♂putih
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Tassel bag methode. Dimana dalam metode ini, baik bunga jantan maupun bunga betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina (tongkol/ear), dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya, tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong menggunakan gunting  ± 1-2 cm di atas permukaan ujung kelobot. Pemotongan  ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan yang tidak dikehendaki. Pemotongan dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan telah siap diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuk sarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menaburkan serbuksari (pollen) yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 2-3 kali (menggunakan pollen dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah terserbuki. Tanda-tanda bahwa bunga jantan siap menyerbuki adalah adanya serbuk sari yang melekat pada kantong pembungkus.







IV.             HASIL PENGAMATAN
Jenis Persilangan
Jumlah Biji
Merah
Putih
Kuning
Selfing Merah x Merah
314
0
0
Crossing Merah x Putih
227
0
0
Selfing Putih x Putih
0
287
27
Crossing Putih x Merah
241
0
0
Jumlah
782
287
27

Jenis Persilangan
Jumlah Biji
Merah
Putih
Kuning
Selfing Merah x Merah
100%
0
0
Crossing Merah x Putih
100%
0
0
Selfing Putih x Putih
0
91,40%
8,60%
Crossing Putih x Merah
100%
0
0


















V.                PEMBAHASAN
Persilangan merupakan penyerbukan antara dua tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada percobaan persilangan jagung kali ini digunakan tanaman jagung yang berwarna merah dan putih. Persilangan dilakukan sebanyak empat kali yaitu secara selfing yaitu persilangan dengan menggunakan putik dan benangsari dalam satu tanaman ( merah vs merah dan putih vs putih) dan crossing yaitu persilangan dengan menggunakan putik dan benangsari yang tidak dalam satu tanaman (merah vs putih dan putih vs merah). Saat yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan atau hibridisasi adalah saat bunga telah mekar ½ sampai ¾ bagian dan kepala putik berwarna putih.  Pada saat itu, bungan jantan (benang sari) pada tandan tersebut belum masak atau pecah. Jadi proses pengambilan tepung sari tersebut dilakukan pada saat sebelum kepala putik masak agar lebih menjaga dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyerbukan. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah jam 06.00-09.00 pagi (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan), karena jika dilakukan pada waktu siang atau sore hari dimungkinkan benangsari sudah pecah dan terbawa angin dan menempel pada jagung yang ingin diserbuk sesuai perlakuan. Pada bunga tanaman jagung, bunga ini menyerbuk secara silang karena posisi panjang benang sari yang berjauhan dengan putiknya. Oleh karena itu penyerbukan kemungkinan terjadi pada bunga tetangga karena angin. Biji atau kernel mengandungi tiga bahagian yaitu perikarpa, endosperma dan embrio. Pembungaannya umumnya dibantu oleh angin. Dalam segi biologi bunga tanaman jagung memiliki karakteristik yang khas yaitu tanaman jagung memiliki struktur bunga yang berbeda serta bunga jantan yang umumnya masak terlebih dahulu. Sebelum diserbuki tongkol jagung yang belum keluar rambut jagungnya ditutup dengan kantong kertas agar nanti saat keluar rambut jagung tidak terserbuki dengan benangsari lain yang tidak diinginkan. Penyerbukan dimulai dengan memotong ujung tongkol jagung sampai rambut jagung tidak keluar lagi lalu diberi benangsari yang dikehendaki. Setelah dilakukan penyerbukan tongkol jagung ditutup kembali agar tidak terserbuki dengan benangsari lainnya.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan, pada persilangan secara selfing merah vs merah warna biji 100% merah dengan jumlah 314 biji. Selfing putih vs putih, biji berwarna putih 91,40% dengan jumlah 287 biji dan kuning 8,60% dengan jumlah 27 biji. Persilangan secara crossing merah vs putih, 100% biji berwarna merah sebanyak 227 biji. Crossing putih vs merah, 100% berwarna merah sebanyak 241 biji. Pada selfing merah vs merah hasilnya merah semua, hal ini berarti persilangan telah berhasil karena saat penyerbukan tidak terkontaminasi oleh benangsari lain sehingga warnanya semua merah. Untuk persilangan crossing merah vs putih dan putih vs merah, warnanya merah semua. Hal ini berarti persilangan juga berhasil, karena warna merah lebih dominan daripada putih sehingga warna yang muncul adalah warna merah. Sedangkan persilangan selfing untuk warna putih vs putih, ada sebagian kecil bulir jagung berwarna kuning. Hal ini berarti persilangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seharusnya persilangan antara jagung berwarna putih dengan putih akan menghasilkan jagung yang berwarna putih juga. Hal ini bisa terjadi mungkin saat penyerbukan tercampur sebagian kecil benangsari jagung kuning selain itu mungkin pengrodongan kurang rapat sehingga benangsari lain menempel atau sebelum dilakukan penyerbukan jagung itu sudah terserbuki oleh benangsari lain.





















VI.             KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1.    Jagung berwarna merah lebih dominan daripada jagung berwarna putih.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyerbukan adalah waktu penyerbukan,  suhu, kelembaban, angin, hama penyakit dan cahaya matahari.
3.    Tahap persilangan yang memiliki resiko kegagalan lebih besar yaitu saat isolasi jagung. Apabila saat isolasi jagung kurang tepat maka jagung akan terserbuki oleh benangsari lain yang akan menyebabkan kegagalan persilangan.



























DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W., 1992. Pemuliaan Tanaman 1. Penerjemah Manna. Rhineka Cipta, Jakarta.
Alfikri, A.L. 2011. Metode Hibridisasi Buatan. <http://blog.ub.ac.id/labib/sample-page/>. Diakses tanggal 11 Desember 2011.
Broertjes and Van Harten, 1988. Applied mutation breeding for vegetatively propagated crops. Bloom bollen cultur 95(25): 566-567.
Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Wijaya, A., R. Fastia, dan F. Zulficia. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia . 2: 199 – 203.

Selasa, 22 November 2011

My Trip DPKP

A Long Day
Alarm di handphone berdering, membuatku terbangun dari tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Ku buka mataku, tapi aku tak langsung beranjak bangun. Akupun mulai beranjak dari kasur yang dari dulu tergeletak saja di lantai tanpa ranjang. Aku berdiri, tanganku meraba-raba tembok mencari pencetan lampu, maklum aku tidak bisa tidur kalau lampu terus menyala jadi lampu selalu dalam keadaan mati saat aku tidur. Tanpa suara, kubereskan tempat tidur dan merapikan rambutku yang acak-acakan. Minum segelas air putih lalu keluar kamar menuju kamar mandi. Mengambil air wudlu dan menunaikan salat subuh. Itulah hal yang selalu kulakukan setiap pagi. Aku menuju kamar mandi.
***
          Karena masih pagi kubuka-buka catatan kuliahku. Hari ini aku ujian klimatologi dasar. Materinya banyak dan hafalan semua pula
 “ya ampun materinya kok banyak banget sih, mana bapaknya gak jelas lagi pas nerangin”, keluhku. “dibaca-baca sajalah”, kataku menyemangati diri.
Kuhentikan membacaku saat jam menunjukkan pukul 5.30 kubuka jendela dan gordennya. Aku membuka pintu kamar dan menuju kamar mandi.
“mandi pagi-pagi emang seger”, kataku dengan sedikit kedinginan.
Pukul 07.00 pagi, aku berangkat kekampus dengan jalan kaki. Pagi ini jam 07.30 aku ada praktikum rancangan percobaan. Praktikum yang akan cukup menguras energiku yang belum sarapan. Di tengah perjalanan ke kampus aku bertemu teman satu jurusanku dan satu praktikum rancangan percobaan dan kamipun berangkat sama-sama. Kami berdua ngobrol sepanjang jalan menuju tempat praktikum. Entah apa yang kami obrolkan, saking banyaknya hingga aku lupa meningatnya.
***
(Sampai di tempat praktikum) “kok sepi vit, jangan-jangan udah masuk”, kataku agak cemas. “langsung masuk aja yuk”, seru vita.
(Sesampainya di depan pintu) “lha kok masih sepi, tumben banget”, kataku sedikit lega.
“iya, asistennya aja belum dateng”, jawab vita.
Kami berdua duduk di tempat biasanya kami duduk. Aku paling belakang sendiri sedangkan vita duduk tepat di depanku. Sambil menunggu asisten dan teman-teman yang lain, aku baca-baca lagi materi klimatologi.
***
Suda pukul 07.30 lebih. Praktikumpun dimulai. Mulailah juga aku bergumul dengan angka-angka yang membuatku pusing. Selesai praktikum, aku, eris, dan rima makan dulu. Kami memutuskan makan di TP. Vita nggak ikut, dia lebih memlilih belajar saja katanya. Usai makan kami kembali ke fakultas dan langsung menuju tempat ujian. Sebelum itu kami melihat nomor ujian dulu yang sudah terpampang di selasar gedung A1.
 “alhamdulillah agak belakang”, seruku sedikit girang.
Kami naik ke lantai tiga. Ternyata sudah banyak juga yang mennggu di depan ruang ujian, termasuk vita yang tadi tidak ikut makan tadi. Aku langsung menuju ke arahnya. Tak lama kemudian, kami sudah berada di dalam ruang ujian.
***
Aku langsung menuju mushala usai ujian karena hari ini akan ada kunjungan lembaga. Di mushala aku bertemu olip dan nurul, teman sekelas praktikum DPKP.
“ayo ke gazebo bareng”, kataku
“oke”, jawab mereka hampir serempak.
Akhirnya kami bertiga berangkat bersama menuju gazebo pukul 13.00. Ternyata sudah banyak yang kumpul. Tak lama kemudian kami berangkat menuju bus yang sedang diparkir di barat fakultas. Aku sedikit agak senang juga pas liat “bus pariwisata” yang lumayan bagus. Eh, ternyata bukan bus itu yang kami tumpangi, tetapi bus yang ada di belakangnya. Kamipun tertawa. Tak lama kemudian kami berangkat.
***
Sekitar 20 menitan perjalanan yang dibutuhkan, akhirnya sampai juga di BPPTK (Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian) yang beralamat di jalan cendana 15. Disana kami disambut baik oleh bapak-bapak yang ada disana yang dibuka oleh Bapak Raditya Putra. Awal mulanya kami berdiskusi dengan Bapak Heru Pamungkas mengenai seputar BPPTK itu sendiri dan pekerjaan apa saja yang dilakukan disana, yaitu memantau keadaan gunung merapi. Setelah itu berlanjut menonton film dokumenter mengenai letusan merapi dan hal-hal yang masih bersangkutan dengan gunung merapi. Sekejap ruangan berubah gelap bak nonton di bioskop.
“filmnya bikin merinding ya”, kata syarifah yang tepat disebelahku.
“he em, musiknya itu lo hiii”, jawabku.
Kegiatan kami berlanjut berkeliling untuk melihat-lihat alat yang digunakan disana, ternyata ada guidenya juga, kayak tourist asing aja ya,hehe. Sambil mendengarkan kami berfoto-foto ria. Memasuki ruang monitoring, kami melihat kamera cctv untuk beberapa sungai disekitar gunung merapi ada juga seismograf yang terus berjalan 24 jam non-stop.
***
Akhirnya berakhir juga kunjungannya. Sekitar pukul 16.00 kami berpamitan pulang. Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih dan tak lupa foto bersama Bapak Heru Pamungkas. Ternyata pada narsis-narsis juga. Di perjalanan aku berbincang-bincang dengan isti dan rofi’. Tiba-tiba kami melihat “waria” di seberang jalan, kamipun tertawa. Entah bagaimana, “waria” itu melambai-lambaikan tangannya ke arah kami, mungkin dia merasa kalau sedang diperhatikan. Kamipun kembali tertawa terbahak-bahak. Beberapa saat berlalu, kami sampai di kampus lagi. Sebelumnya kami berkumpul dulu untuk mendengarkan informasi dari asisten setelah itu kami pulang ke kos masing-masing.

#selesai#

Sabtu, 05 November 2011

YUI-Good Bye Days

Dakara ima ai ni yuku, sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto boryumo wo agete tashikamete mitayo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari ki ga suru
Kinou made ni SO LONG
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA LA WITH YOU

Katahou no EARPHONE wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari hajimeta mune no oku ALLRIGHT
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA NOW WITH YOU

Dekireba kanashii omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de "YEAH HELLO MY FRIEND"
Nante sa ieta nara ii noni

Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I WISH
Kakkou yokunai yasashisa ni aeta yokatta yo
LA LA LA LA GOODBYE DAYS


Jumat, 04 November 2011

Klimatologi

ACARA III
ANALISIS DATA METEOROLOGI

I.                   PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Iklim memiliki sifat yang sangat kompleks baik dalam ruang dan waktu. Gambaran mengenai iklim dapat dilihat atau dianalisis dari data unsur-unsur iklim. Jadi data memegang peranan yang sangat besar untuk mendapatkan iklim yang akurat. Masalah penanganan data iklim mencakup hal-hal dari metode mendapatkan data yang merupakan sumber gambaran iklim yang dapat dipercaya, pencatatan (pengarsipan), pengolahan data, hingga penyajian informasi iklim yang dapat dimanfaatkan bidang-bidang lain.
Metode statistik dan persamaan matematika dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Dengan analisis statistik dan matematik data dapat disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat dipelajari dan dianalisis sehingga mempermudah penelaahan informasi yang terkandung dalam data. Dari manfaat penggunaan analisis statistik tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya akan dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat.

1.2.  Tujuan
1.        Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikannya dalam bentuk siap pakai.
2.         Mempelajari hubungan timbal balik di antara anasir-anasir iklim.







II.                TINJAUAN PUSTAKA


Cuaca selalu berbeda di setiap waktu. Oleh karena itu salah satu tugas penting prakirawan adalah melakukan pengamatan unsur-unsur cuaca yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk mempertimbangkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Tujuan dilakukannya pengamatan tersebut adalah untuk mengetahui keadaan atmosfer pada setiap saat dan mengingat atmosfer demikian luas, maka tidak mungkin setiap orang melakukan pengamatan dan mengukur setiap unsur disetiap titik secara keseluruhan tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi. Kini pengamatan dan proses pembuatan prakiraan cuaca sudah menggunakan peralatan yang merupakan kombinasi antara manusia dengan komputer. Dalam hal membuat prakiraan cuaca salah satu metodenya dengan memanfaatkan model numerik prakiraan cuaca yang dilakukan dengan komputer (Choir dan Zakir, 2008).
Setiap masalah dalam meteorology dan klimatologi dapat dianalisis dengan menggunakan suatu model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan matematik statistik. Model-model dalam meteorologi  umumnya dapat dikelompokkan dalam model-model deterministik, parametrik, stokastik atau kombinasinya. Pembagian menjadi kelompok-kelompok tersebut tidak selalu dapat  dilakukan dengan tegas , kita dapat membayangkan model-model sebagai tersusun dari berbagai komponen yang masing-masing seolah-olah merupakan sebuah titik dalam suatu spectrum kontinu tipe yang satu hingga stokastik murni pada ujung lain ( Bey , 1991).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi, dan tipe tanah. Pada faktanya periode dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari curah hujan dalam suatu periode. Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam perubahan kalkulasi dengan jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 1984).
Jumlah curah hujan tidak menunjukkan informasi yang dibutuhkan untuk mengukur pengikisan dari badai hujan. Kekuatan yang digunakan di permukaan tanah dengan setiap tetesan air hujan dapat diperlihatkan dengan kekuatan yang meliputi badai hujan. Untuk menghitung nilai ini, informasi yang harus tersedia adalah besar dan lamanya hujan badai, ukuran dan kecepatan pada tiap tetesan hujan dan penyaluran ukuran tiap tetes (Linder,1981).
            Agar data dalam analisis data meteorologi agar lebih bermanfaat maka dilakukan pengorganisasian dan analisis data secara sistematis dari seluruh jaringan pengamatan cuaca. Misalnya analisis data berdasarkan time series (pengamatan jangka panjang), penafsiran terhadap suatu parameter yang sukar dilakukan dengan cara didekati dengan parameter yang mempunyai hubungan dan berdasarkan rumus antara hubungan-hubungan parameter tersebut (Wisnubroto, 1999).
            Pada analisa regresi terdapat analisa regresi logistik yang dapat diterpkan dalam berbagai skala data. Model regresi logistik menghasilkan nilai probabilitas yang dipakai sebagai dasar untuk klasifikasi. Pengklasifikasian merupakan salah satu analisis statistika yang diperlukan jika ada beberapa kelompok yang kemudian ingin diketahui apakah kelompok-kelompok tersebut memang berbeda secara statistika. Kelompok-kelompok ini terjadi karena ada pengaruh satu atau variabel lain yang merupakan variabel independen (Wibowo, 2002).


















III.             METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 07 Oktober 2011 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Untuk analisis, penyajian dan interpretasi data diperlukan data bulanan selama satu tahun dari stasiun Meteorologi yang terdiri dari data curah hujan (CH), evaporasi (EV), suhu termometer bola basah (TBB), suhu termometer bola kering (TBK), dan panjang penyinaran (PP). Untuk analisis regresi dan korelasi, diperlukan data T, RH, PP, EV, KA dan CH bulanan selama satu tahun dari data di atas.
            Penyajian dan interpretasi data meteorologi pertanian melalui pengolahan data sebagai berikut :
1.      Penyajian dan interpretasi data meteorologi pertanian.
Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok stasiun meteorologi sebagai sumber data karena data selama satu tahun cukup banyak. Pengolahan data yang dilakukan sebagai berikut:
a)      Curah hujan
Jumlah curah hujan dihitung per dasarian, tinggi curah hujan bulanan, dan jumlah curah hujan selama satu tahun. Kemudian jumlah hari hujan selama satu tahun juga dihitung. Dari hasil perhitungan tersebut dibuat histogram curah hujan per dasarian dan curah hujan bulanan selama satu tahun. Selanjutnya dibahas tentang perilaku hujan selama satu tahun tersebut, antara lain pada agihan curah hujan perdasarian dan bulanan selama satu tahun, bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering menurut kriteria Mohr.
b)      Suhu udara (TBB danTBK)
·         T harian dihitung dengan rumus :
T harian = 2 x (T 07.00) + T 13.00 + T 18.00
                                       4
·         Dari hasil perhitungan di atas, dihitung T bulanan dengan rumus :
T bulanan = Jumlah T harian selama 1 bulan
                    Jumlah hari dalam bulan tersebut
·         T tahunan dihitung dengan rumus :

T tahunan = jumlah T bulanan selama 1 thn
                                          12
T tahunan dihitung dengan rumus Braak yaitu :
T tahunan       = 26,3 – 0,6 h
T maksimum  = 31,3 – 0,62 h
T minimum     = 22,8 – 0,53 h
·         Selanjutnya dibuat grafik T bulanan selama satu tahun.
c)      Kelembaban relatif udara
Kelembaban relatif udara pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00 dihitung atas dasar selisih TBB dan TBK. RH harian dan RH tahunan dihitung dengan rumus :
RH harian = 2 x (RH 07.00) + RH 13.00 + RH 18.00
                                                      4
RH tahunan = RH bulanan selama 1 tahun
                                             12
Kemudian dibuat grafik ayunan RH bulanan satu tahun. Selanjutnya dibahas mengenai pola ayunan T dan RH bulanan selama setahun.
d)     Panjang penyinaran (PP), intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV)
Dihitung rerata PP, IP, dan EV bulanan selama satu tahun. Kemudian dibuat grafik rerata PP bulanan, IP dan EV selama satu tahun.
2.      Analisis Regresi dan Korelasi
Dari data harian selama satu tahun, dihitung nilai regresi dan korelasi antara 2 anasir iklim sebagai berikut :
          PP vs T              IP vs RH               IP vs EV
          PP vs RH           PP vs EV              T vs RH
          PP vs IP             T vs EV                 RH vs EV
a.       Kalkulator digunakan untuk menganalisis data, sehingga diperoleh :
-          persamaan regresi : Y = a + bx
Y = peubah tak bebas ( factor yang dipengaruhi )
x = peubah bebas (factor yang mempengaruhi )
a = pengaruh factor lain yang tidak dipengaruhi peubah bebas ( intersep )
b = koefisien regresi
-          koefisien korelasi
b.      Dari hubungan tersebut, dibuat grafik persamaan regresinya, dibahas mengenai hubungan antar anasir tersebut, kemudian dibandingkan keeratan masing-masing hubungan.





























IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.                HASIL PENGAMATAN
1.      Menghitung rata-rata suhu TBB dan TBK digunakan rumus
Contoh perhitungan rata-rata suhu TBB dan TBK pada bulan Januari
·         Rata-rata suhu TBK pada bulan Januari
=  26.23

·         Rata-rata suhu TBB pada bulan Januari
= 24,56












Tabel 3.1
Bulan
               Suhu (TBK) (°C)
Suhu (TBB)(°C)
Pkl 07.00
Pkl 13.00
Pkl 18.00
rata-rata
Pkl 07.00
Pkl 13.00
Pkl 18.00
rata-rata
Januari
24,38
30,26
25,88
26,23
23,48
26,87
24,42
24,56
Februari
24,06
30,52
25,69
26,08
23,17
27,02
24,37
24,43
Maret
24,33
31,08
26,08
26,46
23,41
27,14
24,82
24,70
April
24,45
30,79
26,15
26,46
23,59
27,22
24,94
24,84
Mei
24,54
31,64
26,62
26,84
23,25
27,65
25,12
24,82
Juni
23,21
30,93
26,05
25,85
22,22
26,96
24,43
23,93
Juli
22,6
30,91
26,8
25,73
21,66
26,8
24,84
23,74
Agustus
26,61
31,03
26,21
27,62
21,75
26,75
24,38
23,66
September
24,91
31,56
27,04
27,11
23,75
27,33
25,15
24,995
Oktober
25,02
30,99
26,32
26,84
23,85
27,19
24,86
24,94
Nopember
24,91
30,19
25,8
26,45
23,82
27,01
24,61
24,82
Desember
25,31
30,85
30,89
28,09
23,97
27,28
24,98
25,05
rata-rata
24,53
30,90
26,63
26,64
23,16
27,10
24,74
24,54

2. Menghitung kelembaban atas dasar selisih TBK- TBB dengan rumus interpolasi
X1- X2  = Y1-Y2
X1 –X       Y1 –Y
·         Contoh perhitungan RH pukul 07.00 pada bulan Januari
X = TBK –TBB
    = 24,38 – 23,48
    =0,9
·         Interpolasi : X1- X2  = Y1-Y2
                    X1 –X       Y1 –Y
                                = 91 %
Tabel 3.2
Bulan
Kelembaban (%)
Pkl 07.00
Pkl 13.00
Pkl 18.00
rata-rata
Januari
91
72,09
86,4
85,12
Februari
91,1
72,02
87,8
85,49
Maret
90,8
68,44
88,4
84,61
April
91,4
71,23
88,9
85,73
Mei
88,1
68,7
86,06
82,74
Juni
90,1
68,15
84,9
83,31
Juli
90,6
67,34
82,4
82,74
Agustus
60,23
66,05
83,7
67,55
September
89,2
66,74
83,1
82,06
Oktober
89,15
69,19
86,4
83,47
Nopember
89,6
75,73
89,08
86,00
Desember
87,6
71,15
56,43
75,70
rata-rata
87,40
69,73
83,63
82,04

Contoh perhitungan RH rata-rata untuk bulan Januari
            = 85,12










Tabel 3.3 Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun UGM Bulak Sumur Tahun 2000
Bulan
Tº(C)
RH(%)
PP(%)
EV(mm)
CH(mm)
KA(km/jam
Januari
26,23
85,12
28,6
68,85
315,7
1,6
Februari
26,08
85,49
23,3
57,8
406,3
1,8
Maret
26,45
84,61
27,7
73,9
183,9
2,0
April
26,46
85,73
35,6
63,4
236,0
1,7
Mei
26,83
82,74
43,2
103,4
54,0
2,1
Juni
25,85
83,31
37,4
85,5
68,8
1,8
Juli
25,73
82,74
51,8
109,4
2,0
2,5
Agustus
27,61
67,55
58,3
121,0
47,0
2,6
September
27,10
82,06
46,9
126,1
1,3
3,0
Oktober
26,44
83,47
28,4
78,8
137,7
2,3
Nopember
26,45
86,00
12,9
61,2
259,0
1,9
Desember
28,09
75,70
44,0
111,3
229,6
2,4


3.      Mencari persamaan regresi dengan menggunakan kalkulator
Rumus umum regresi fungsi linear sederhana adalah :
Y = a + bx
X = peubah bebas                   a = intercept
Y = peubah tak bebas              b = gradien garis regresi

  Tabel 3.4      
Variabel
a
B
r
Persamaan regresi
PP vs T
25,87
0,02
0,39
Y = 25,87 + 0,02X
PP vs RH
92,80
-0,29
-0,71
Y = 92,80 – 0,29X
PP vs EV
26,99
1,68
0,89
Y = 26,99 + 1,68X
T vs EV
-428,98
19,42
0,55
Y = -428,98 + 19,42X
T vs RH
228,97
-5,51
-0,72
Y = 228,97 – 5,51X
RH vs EV
354,47
-3,24
-0,70
Y = 354,47 – 3,24X
RH vs CH
-607,4
9,375
0,38
Y = -607,4 + 9,375X
KA vs EV
-20,7
50,9
0,87
Y = -20,7 + 50,9X
KA vs RH
97,31
-7,13
-0,56
Y = 97,31 – 7,13X
KA vs CH
622,8
-215,3
-0,69
Y = 622,8 – 215,3X

4.      Menentukan koefisien regresi korelasi r yang mendekati R ≈ +1, R ≈ 0, R ≈ -1
Dari tabel di atas dapat ditentukan nilai r beserta persamaan regresinya
·         R ≈ +1 adalah variabel  PP vs EV dengan persamaan regresi
Y = 26,99 + 1,68X
·         R ≈ 0 adalah variabel  RH vs CH dengan persamaan regresi 
Y = -607,4 + 9,375X
·         R ≈ -1 adalah variabel T vs RH dengan persamaan regresi 
Y = 228,97 – 5,51X

B.                 PEMBAHASAN

1.      Grafik 3.1  Suhu Udara
                       
Perbedaan suhu tersebut dapat disebabkan karena radiasi matahari yang diterima dan dilepaskan oleh bumi berbeda-beda setiap bulannya yang juga turut dipengaruhi oleh ada tidaknya awan yang menutupi permukaan bumi dari radiasi matahari. Adanya awan di permukaan bumi akan menyebabkan radiasi matahari yang diterima bumi tidak dapat dipantulkan kembali ke ruang angkasa sehingga suhu di bumi meningkat hal ini biasa terjadi pada musim hujan.
Pada bulan Januari hingga Mei, suhu terus meningkat karena musim beralih dari musim penghujan mendekati musim kemarau, dimana intensitas matahari terus meningkat sehingga radiasi matahari yang diterima bumi pun meningkat. Pada bulan Juni suhu udara rendah menunjukkan bahwa radiasi panas di bumi rendah. Hal ini dapat disebabkan pada saat itu radiasi panas dipantulkan kembali ke luar angkasa dengan mudah. Hal ini biasa terjadi pada saat musim kemarau saat tidak banyaknya awan di atmosfer. Namun pada bulan Agustus, suhu udara mengalami peningkatan diakibatkan semakin banyaknya radiasi matahari yang sampai ke bumi dan diabsorbsi dalam bentuk radiasi panas yang kemudian terus menurun pada bulan berikutnya karena mendekati musim hujan.

2.      Grafik 3.2  Kelembaban Nisbi Udara
           
Pada bulan Januari hingga bulan Juli, kelembaban relatif tetap, tidak begitu banyak perubahan dan bila terjadi penurunan sangat kecil. Hal ini menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara di daerah tersebut relatif tetap ataupun hampir konstan. Namun pada bulan Juli hingga bulan Agustus terjadi penurunan berkisar 10 %, yang kemudian pada bulan September kelembaban udara mulai seperti semula. Panjang penyinaran yang lama mempengaruhi kelembaban udara. Tinggi rendahnya kelembaban nisbi udara ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan uap air diudara yang juga dipengaruhi oleh besar kecilnya evaporasi (penguapan) pada setiap bulannya. Pada sekitar bulan Agustus - Oktober, daerah cakupan sinar matahari mulai turun ke selatan dan mendekati ekuator (khatulistiwa, 0 derajat lintang). Pada sekitar tanggal 22 September, terjadi Equinox, dimana matahari akan persis berada di atas khatulistiwa. Dekatnya matahari di garis khatulistiwa merupakan salah satu penyebab suhu temperatur tinggi. Hal ini karena energi yang dipancarkan matahari lebih fokus atau panas yang dipancarkan matahari tidak menyebar. Ini juga disebabkan kondisi cuaca yang cerah yang menyebabkan awan berkurang, sehingga pancaran sinar matahari langsung ke Bumi tanpa adanya hambatan dari awan. Dengan adanya matahari yang bergerak mendekati bumi, maka akan menyebabkan curah hujan tinggi.

3.      Grafik 3.3  Panjang Penyinaran
           
Panjang penyinaran adalah lamanya matahari bersinar cerah yang sampai kebumi dalam satu periode dapat berkurang akibat terhalangnya pancaran sinar matahari ke permukaan bumi oleh awan, aerosol, kabut dan lain – lain. Dari grafik di atas dapat dilihat bila panjang penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Agustus, hal ini menunjukkan pada bulan ini matahari bersinar cerah. sedangkan panjang penyinaran terkecil terjadi pada bulan November yang kemudian diikuti oleh kenaikan yang cukup tinggi di bulan Desember hal ini menunjukkan bahwa pada bulan ini penyinaran matahari sebentar.
Panjang penyinaran yang lama mempengaruhi kelembaban udara. Panjang penyinaran disebabkan oleh keadaan musim yang berubah (pancaroba) dari musim panas ke musim hujan dan dipengaruhi oleh letak lintang. Selain itu panjang penyinaran juga dapat disebabkan oleh intensitas radiasi matahari. intensitas sinar matahari yang tinggi akan menyebabkan tingginya panjang penyinaran. Faktor lainnya ditentukan oleh rotasi bumi pada porosnya pada letak lintang atau latitude. Pada kenyataannya bahwa revolusi tahunan mengitari matahari, poros bumi posisinya miring pada posisi yang tetap terhadap orbitnya. Waktu yang diperlukan oleh bumi untuk sekali berotasi terhadap matahari menentukan panjang hari.

4.      Grafik 3.4  Evaporasi
           
            Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air (liquid/solid) dipermukaan menjadi molekul uap air (gas) di atmosfer melalui kekuatan panas.  Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi yakni radiasi matahari, angin , suhu, curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, jumlah vegetasi pada daerah tersebut dan lain-lain. Contohnya pada bulan September evaporasi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat evaporasi. Berdasarkan grafik bulan vs evaporasi di atas, dapat diketahui bahwa evaporasi (penguapan) yang terjadi setiap bulannya dalam setahun menunjukkan fluktuasi naik turun yang cukup tajam. Pada bulan September terjadi evaporasi yang paling besar sedangkan pada bulan Februari terjadi evaporasi yang terkecil. Kecepatan evaporasi tergantung pada perbedaan uap air dari udara dan air. Evaporasi memerlukan sumber energi yang besar. Pada keadaan tertentu, kebutuhan energi secara terus-menerus diperoleh melalui pemanasan langsung sinar matahari selama evaporasi berlangsung.

5.      Grafik 3.5  Curah Hujan
           
Pada grafik di atas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari. Curah hujan mulai tinggi pada bulan November hingga April. Sedangkan curah hujan rendah berkisar antara bulan Mei hingga September. Di Indonesia sendiri hanya terdapat dua musim yaitu, musim hujan dan musiam kemarau hal ini tentu saja mempengaruhi banyak curah hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November hingga bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga bulan September  yang menyebabkan curah hujan relatif sangat rendah.
Pembentukan dan keberadaan awan tidak berarti bahwa presipitasi akan terjadi. Pengupan air dari permukaan samudra dan benua, kondensasinya di atmosfer, serta kembali lagi ke bumi dalam bentuk presipitasi. Apabila awan hanya tersusun dari butir – butir air, tidak ada satupun yang akan memebentuk hujan. Terbentuknya khususnya dilintang menengah dan tinggi, terjadi didalam awan yang berisi butir – butir air dan kristal – kristal es. Sebagian presipitasi dimulai dari kristal es yang bila temperatur tetap dibawah titik bekunya akan berkembang menjadi serpih salju yang sempurna.

6.      Grafik 3.6  Kecepatan Angin
           
            Angin adalah udara yang bergerak horizontal terhadap permukaan bumi. Arah angin adalah arah dari mana datangnya angin bertiup. Kecepatan angin adalah jumlah vektor tiga dimensi dengan fluktuasi skala kecil yang acak pada ruang dan waktu yang berpadu dengan aliran skala besar yang teratur. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihar dari bulan ke bulan, walaupun berfluktuasi tapi kecepatan angin relatif semakin besar dan mencapai titik tertinggi pada bulan September.  Rendahnya tekanan udara ini menyebabkan datangnya angin dari tempat yang bertekanan udara tinggi, karena angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat ke tempat yang bertekanan rendah sehingga kecepatan angin maksimum. Kecepatan angin yang terendah terjadi pada bulan Januari. Rendahnya nilai kecepatan angin pada bulan Januari dapat disebabkan karena pada kisaran bulan Januari termasuk pada musim penghujan. Pada musim penghujan, suhu udara akan rendah dan tekanan udara tinggi, sehingga tiupan angin jarang terjadi. Perbedaan kecepatan angin diakibatkan oleh pengaruh rotasi bumi terhadap matahari. Dimana rotasi bumi akan menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam. Perubahan pasang surut air laut. Semakin cepat arah angin yang bergerak menuju utara atau arah selatan khatulistiwa akan sangat mempengaruhi kecepatan angin di setiap bulan pada daerah pengamatan.

Analisis Korelasi dan Regresi

1.      Grafik 3.7  r~ +1
           
            Pada koefisien regresi korelasi, r yang mendekati 1 diperoleh dari analisis panjang penyinaran vs evaporasi (PP vs EV). Koefisien regresi korelasi yang mendekati 1 mempunyai arti terdapat hubungan positif sempurna antara peubah bebas dan peubah tak bebas. Kenaikan nilai peubah bebas akan diikuti oleh kenaikan nilai peubah tak bebasnya. Dalam percobaaan, panjang penyinaran merupakan peubah bebas sedangkan evaporasi merupakan peubah tidak bebas. Dengan demikian maka kenaikan nilai panjang penyinaran akan diikuti oleh kenaikan nilai evaporasinya. Hal tersebut terjadi karena semakin banyak penyinaran yang diterima oleh bumi, suhu akan semakin tinggi sehingga evaporasi juga akan meningkat.


2.      Grafik 3.8  r~ 0
           
            Berdasarkan analisis regresi korelasi maka diperoleh r yang mendekati 0 adalah nilai r dari kelembaban vs curah hujan (RH vs CH). Nilai r yang mendekati 0 menandakan bahwa hubungan antara kedua variabel, yaitu  kelembaban dan curah hujan, tidak ada hubungan yang kuat. Ini menunjukkan bahwa kelembaban tidak mempengaruhi curah hujan. Hal ini tersebut terjadi karena curah hujan hanya dipengaruhi oleh angin yang membawa uap air dan bukan oleh kelembaban udara yang menjadi peubah bebasnya .

3.      Grafik 3.9 r~ -1
           

Pada percobaan diketahui nilai r yang mendekati -1 adalah nilai r pada suhu vs kelembaban. Koefisien regresi dan korelasi yang mendekati -1 menunjukkan bahwa nilai peubah bebas dan nilai peubah tidak bebasnya mempunyai hubungan negatif, di mana setiap kenaikan nilai peubah bebas (X) akan diikuti oleh penurunan peubah tak bebasnya (Y). Koefisien regresi korelasi yang dicapai oleh variabel T vs RH mempunyai peubah bebas yaitu suhu dan peubah tak bebas yaitu kelembaban. Dapat dilihat dari data perhitungan bahwa setiap nilai suhu (T) naik maka nilai kelembaban (RH) turun.  Dengan T yang tinggi maka panas yang diterima bumi menjadi lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan penguapan air menjadi lebih banyak pula sehingga RH makin rendah.
           




















V.                KESIMPULAN
1.    Anasir-anasir cuaca mempunyai keeratan hubungan antara yang satu dengan yang lain yang dapat diketahui melalui analisis regresi korelasi, yaitu:
a. Suhu udara (T) dipengaruhi oleh panjang penyinaran dan radiasi matahari.
b. Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh evaporasi dan suhu udara.
c. Evaporasi dipengaruhi oleh suhu udara (temperatur) dan intensitas atau panjang   penyinaran sinar matahari.
d. Curah hujan dipengaruhi oleh adanya lautan dan arah angin.
e.  Panjang penyinaran matahari dipengaruhi oleh keadaan cuaca, ada tidaknya awan, dan  vegetasi.
f. Kecepatan angin dipengaruhi oleh tinggi rendahnya letak suatu tempat.
2.    Nilai korelasi yang paling mendekati -1 adalah nilai korelasi antara T (Suhu) dengan RH (kelembaban nisbi udara) yang keduanya berbanding terbalik.
3.      Nilai korelasi yang paling mendekati 0 adalah nilai korelasi antara RH (kelembaban nisbi udara) dengan CH (curah hujan) yang hubungan antara satu dengan yang lain tidak ada.
4.    Nilai korelasi yang paling mendekati +1 adalah nilai korelasi antara PP (panjang penyinaran) dengan EV (evaporasi) yang keduanya berbanding lurus.
5.      Manfaat analisis data meteorologi adalah dapat melatih kita untuk mengolah dan menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai dan juga dapat mengetahui hubungan timbale balik diantara anasir-anasir iklim.
     










DAFTAR PUSTAKA

Bey, A. 1991. Kapita Selekta Dalam Agroklimatologi. Direktorat Jendral Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor. 226p.

Choir, U. dan A. Zakir. 2008. Kajian Indeks Stabilitas Udara Model KMA di Wilayah Indonesia Bulan April dan Mei 2008. <http://meteo.bmg.go.id/arsippdf/KAJIAN_KMA.pdf>. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.

Jackson, I. J. 1984. Climate, Water, and Agriculture. John Wiley and Sons, Inc. New  York.

Linder, Van der. 1981. An Input-Output analysis with respect to water and it’s load for a tropical watershed. The Indonesia Journal of Geography,  11 (42): 19-39.

Wibowo, W. 2002. Perbandingan hasil klasifikasi analisis diskriminan dan regresi logistik pada pengklasifikasian data respon biner. Kappa Jurnal Sains. III ( 1 ). 36-37.

Wisnubroto. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya.Yogyakarta.